Kegiatan Mahasiswa KKN Prodi PGSD FKIP UNCEN “Meramu Sagu di Distrik Demta, Jayapura”
Kegiatan meramu sagu yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Prodi PGSD di Distrik Demta merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga. Proses ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis tentang pengolahan sagu, tetapi juga menawarkan berbagai aspek pembelajaran yang relevan dengan profesi mereka sebagai calon guru sekolah dasar:
Pembelajaran Kontekstual: Mahasiswa PGSD belajar bagaimana mengintegrasikan pengetahuan lokal ke dalam kurikulum. Mereka dapat melihat langsung bagaimana kearifan lokal dan mata pencaharian tradisional dapat menjadi sumber belajar yang kaya untuk anak-anak sekolah dasar.
Pemahaman Budaya: Melalui keterlibatan langsung dalam proses meramu sagu, mahasiswa mendapatkan pemahaman mendalam tentang budaya dan tradisi masyarakat Demta. Ini penting untuk mengembangkan sensitivitas budaya dalam pengajaran mereka di masa depan.
Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Mahasiswa mengalami langsung proses pembelajaran hands-on, yang dapat mereka terapkan nanti dalam metode pengajaran mereka untuk membuat pelajaran lebih interaktif dan menarik bagi siswa.
Integrasi Mata Pelajaran: Proses meramu sagu menyediakan contoh nyata bagaimana berbagai mata pelajaran dapat diintegrasikan – dari ilmu pengetahuan alam (biologi tanaman sagu), matematika (pengukuran dan perhitungan), hingga ilmu sosial (ekonomi dan budaya lokal).
Pengembangan Soft Skills: Mahasiswa belajar bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan masyarakat lokal, dan menghadapi tantangan praktis – semua keterampilan penting untuk seorang guru.
Pelestarian Pengetahuan Tradisional: Mahasiswa belajar pentingnya melestarikan dan menghargai pengetahuan tradisional, yang dapat mereka tanamkan pada siswa mereka di masa depan.
Pembelajaran Lingkungan: Mereka mendapatkan pemahaman tentang hubungan antara manusia dan lingkungan, serta pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Pengembangan Kreativitas: Mahasiswa dapat mengeksplorasi cara-cara kreatif untuk mengajarkan proses meramu sagu kepada anak-anak, misalnya melalui permainan atau proyek seni.
Pembelajaran Lintas Generasi: Mahasiswa melihat bagaimana pengetahuan ditransfer antar generasi dalam masyarakat tradisional, memberikan wawasan tentang metode pengajaran alternatif.
Refleksi Kritis: Pengalaman ini mendorong mahasiswa untuk merefleksikan peran mereka sebagai pendidik dalam menjembatani pengetahuan modern dan tradisional.
“Meramu sagu” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keseluruhan proses pengolahan sagu, mulai dari menebang pohon hingga menghasilkan tepung sagu yang siap digunakan. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam meramu sagu di Distrik Demta:
Pemilihan Pohon: Masyarakat Demta memilih pohon sagu yang sudah matang, biasanya berumur 8-10 tahun. Pohon yang siap dipanen ditandai dengan daun-daun yang mulai menguning.
Penebangan (Tokok Sagu): Pohon sagu ditebang menggunakan kapak atau gergaji mesin. Proses ini disebut “tokok sagu” atau “faa” dalam bahasa lokal.
Pemotongan dan Pembelahan: Batang sagu dipotong menjadi beberapa bagian dengan panjang sekitar 1-2 meter. Kemudian, setiap potongan dibelah menggunakan alat yang disebut “gomo”. Proses pembelahan ini disebut “nani”.
Pengupasan dan Penggalian Empulur: Kulit batang sagu dikupas, lalu empulur (bagian dalam batang yang mengandung pati) digali menggunakan alat yang disebut “nafi”.
Peremahan Empulur: Empulur sagu dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil. Proses ini disebut “gia”.
Pemerasan dan Penyaringan: Serpihan empulur dicampur dengan air dalam wadah yang disebut “goti”. Campuran ini kemudian diperas dan disaring menggunakan alat yang disebut “gepe” untuk memisahkan pati sagu dari ampasnya. Proses ini disebut “findi”.
Pengendapan: Air yang mengandung pati sagu dibiarkan mengendap. Pati sagu akan turun ke dasar wadah.
Pemisahan dan Pengeringan: Air dibuang, menyisakan endapan pati sagu. Pati sagu ini kemudian dikeringkan.
Penyimpanan: Tepung sagu yang sudah kering disimpan dalam wadah anyaman yang disebut “tumang”.